Senin, 30 Juli 2012

dengan apakah kamu berbuka hari ini

Ada sirup mungkin, kolak barangkali, kurma dan sebagainya. Banyak santapan berbuka yang terhidang di depanmu saat ini.

Puaskah kamu, kenyangkah?

Sehari penuh berpuasa apakah sudah sepantasnya balas dendam saat berbuka. Kadang yang disebut lapar mata sering terjadi. Seakan semua makanan akan dilahap semua. Pada akhirnya pun tidak dihabiskan semua, mubazir.

Secara pribadi aku pun memaklumi. Semua yang dihidangkan begitu menggiurkan. Namun, sudah beberapa tahun ini aku tidak terlalu memaksakan diri terhadap hidangan berbuka. Bahkan bagi ku dengan air putih pun cukup. Walau lebih dianjurkan berbuka dengan yang manis, bagi ku air putih pun cukup. Menyedihkan, barangkali. Namun penilaian semua orang tentu berbeda-beda. Namun kembali ke dalil untuk berpuasa. Mencapai derajat taqwa. Mudah-mudahan kita bisa meraihnya.

aku masih di sini

Aku masih di sini, Sayang. Di hatimu, aku selalu merindukanmu, sayang kepadamu.

Aku harap kamupun demikian. Namun sikapmu sedikit membuat kecewa. Aku akui itu. Aku ingin kamu merasakan yang ku alami. Berlarut-larut merindukanmu. Aku mencoba memahamimu.

Apakah aku saja yang merasakannya? Sungguh tidak adil, Sayang. Janganlah begitu.

Jumat, 13 Juli 2012

menahan rindu

Seharian kucoba menahan diri untuk tidak menghubungimu. Sungguh aku sangat ingin menghubungimu. Aku ingin menanyakan kabarmu, sedang apa di sana, sudah makankah, bagaimana harimu, sehatkah dirimu.

Mendengarkan suaramu saja aku sudah tidak bisa lagi menahan diri lagi. Ingin kutumpahkan semua rasa rinduku.

I miss you..

Kamis, 12 Juli 2012

ku tak ingin jauh dari mu

Telah banyak yang mengomentari begitu seringnya kita melakukan kontak telpon. Malah ada yang mengatakan gaya pacaran kita seperti anak SMP. Aku tidak memperdulikan hal itu. Malah aku berpikir kalaulah demikian anak SMP, begitu pedulinya, sayang kepada kekasihnya maka tidaklah perlu malu kita belajar kepada mereka. Hanya dengan kontak seperti ini kita bisa memperpendek jarak yang membentang di antara kita.

Kamu pun menyanggupi kalau aku mengurangi intensitas hubungan kita. Asalkan tidak mengurangi rasa sayang di antara kita. Belum mencobanya saja, jujur aku sampaikan aku tidak sanggup. Sehari saja aku tidak mendengar suaramu, tidak mengetahui kabarmu, membuatku galau, istilah muda-mudi kekinian.

Sayang, aku butuh kamu. Aku sangat sayang kepadamu.

Sanggupkah aku, sayang? Bisakah aku tidak mengontak kamu walau sehari saja? Bisakah kita bersikap seolah tidak saling peduli padahal rasa rindu begitu menghukum.

Seandainya aku tidak menghubungimu anggaplah aku baik-baik saja, atau anggap saja aku telah mati. Padahal, aku begitu membutuhkanmu. Atau kita anggap saja kita sedang berlatih untuk saling mempercayai dengan tidak adanya saling kabar di antara kita.

Sayang, sekali lagi, apa aku sanggup?


untuk yang tersayang

Lupakan kekecewaan, karena
harapan dimasa depan masih
terbentang luas dan begitu cerah.

Rabu, 11 Juli 2012

enam bulan ku bersamamu

Sebelas Januari 2012, kunyatakan rasaku kepadamu. Aku tidak pikir panjang apakah harus kunyatakan, kamu terima, terlalu cepatkah atau lainnya. Kunyatakan saja habis perkara. Aku tidak main-main denganmu. Kamulah yang mengisi kosong dalam hatiku.

Tahukah kamu, hati ini telah lelah mencari. Ku hanya inginkan hatimu tempatku bersandar. Kamu lah pusat tata surya ku. Yang tak pernah lelah menjaga stabil, selalu bersinar sampai kamu pun lupa bahwa kamu sedang pancarkan sinarmu.

Enam bulan, terasa singkat berlalu. Aku butuh kamu selamanya di sini, di hati ku. Banyak cerita bergulir, banyak sakit mendera, banyak tawa entah karena lucu atau senang. Aku merasa sangat nyaman denganmu, sayang. Tetaplah kamu jaga hati dan dirimu untuk kita.

Enam bulan telah berlalu. Ibarat anak sekolahan sudah saat bayarkan uang semesteran. Namun aku hanya bisa mengucapkan terima kasih dari hatiku yang paling dalam. Terimakasih telah menjadi bagian dari hidupku. Aku akan bawa kamu kemanapun aku pergi dalam hatiku selama-lamanya.

Sayang, aku pun meminta maaf atas salah ku. Yang terkadang aku egois kepadamu. Namun kamu pun tetap mengertikan aku. Entah kesal itu telah hilang atau tidak, aku akan tetap meminta maaf kepadamu. Maafkan aku, sayang.

Sayang, aku tetap selalu bersamamu. Aku akan selalu menjagamu, mempertahankanmu, menyayangimu, bahagiakan. Seperti pinta mu kepadaku.

11 Januari- 11 Juli 2012

Minggu, 08 Juli 2012

sayangku...

Seharian ini aku mencoba menghilangkanmu dariku. Aku sibukkan diriku. Aku tak ingin menelponmu. Aku tak ingin mengirimkan pesan kepadamu. Buka akun situs jejaring sosial pun aku tak ingin. Aku takut mengganggumu. Yang sekarang tengah sibuk menghadapi ujian akhir semester. Jujur aku katakan aku tidak sanggup namun aku akan berusaha.

Aku hanya bisa berdoa dan sedikit menyemangatimu. Bukan aku meminta perhatian. Kamu adalah cahaya, cahaya harapan bagi keluargamu. Maka izinkanlah aku ikut andil dalam menjaga cahaya itu tetap menyala dan menyilaukan mata yang melihat.

Sayangku.. Aku tahu kamu ingin aku mengerti keadaanmu yang sekarang. Namun aku telah mengamininya sebelum kamu pinta.

Kamu adalah wanitaku. Kamu adalah wanita yang sempurna, aku bangga kamu ada di sampingku. Aku akan temani kamu dalam senang dan sedih.

Jangan disangka ini mudah untukku. Kamu dan aku seolah-olah tidak saling menghiraukan untuk sementara waktu. Aku hanya ingin kamu bisa berkonsentrasi menghadapi ujian akhir semester-mu.

Selamat ujian akhir semester sayangku, Gusnita Inda Rahyu

I love you

Sei. Rumbai, Dharmasraya, 8 Juli 2012

Jumat, 06 Juli 2012

aku rindu..

Aku rindu kepadamu. Aku ingin segera bertemu denganmu di kota itu. Malam ini aku akan berangkat dengan bus ke kota mu. Akan kunyatakan penyesalanku, kau tersakiti. Aku sangat menyayangimu.
Apa daya, niatku tak terlaksana. Kamu sama dengan ibuku. Tidak menginginkanku ke sana. Memang aku ada keperluan esoknya. Namun bertemu denganmu sudah cukup. Aku tidak akan memikirkan apa-apa lagi. Sekali lagi, aku hanya ingin bertemu denganmu. Aku rindu kamu.